Kamis, 15 November 2012

Review Novel Manusia Indonesia


MANUSIA INDONESIA


Judul  Buku               : Manusia Indonesia
Penulis                        : Mochtar Lubis
Penerbit                      : Yayasan Obor Indonesia
Terbit                          : 2001
Tebal                         : viii + 140 Halaman
ISBN                           : 9789794618189
Buku ini merupakan pidato Alm. Mochtar Lubis dalam ceramah beliau pada tahun 1977 di TIM (Taman Ismail Marzuki) dengan judul “Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban)”. Sebuah pidato yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 2001 ini memaparkan beberapa sifat bangsa Indonesia secara umum. Sifat-sifat bangsa tadi dinilai dari perspektif pribadi Mochtar Lubis yang kebanyakan bercerita tentang keburukan-keburukan dari sifat bangsa tersebut. Menjadi menarik karena kita seakan dipaksa berkaca dalam sebuah buku yang sayangnya kita tak segera begegas untuk memperbaiki pribadi kita setelah berkaca akan keburukan-keburukan kita masing-masing tadi.
Dengan mengambil objek manusia Indonesia yang terdiri dari banyak suku seperti Jawa, Batak, Minang, Sunda dll, Mochtar Lubis menarik kesimpulan dan merumuskan sifat-sifat manusia Indonesia tadi menjadi 6 stereotip yang paling menonjol, yaitu:
 (1) Munafik atau Hipokrit,
 (2) Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya,
(3) Bersikap dan berperilaku feudal,
(4) Percaya takhyul,
 (5) Artistik, berbakat seni, dan
 (6) Lemah watak atau karakternya.
 Dari antara keenam steorotip sifat manusia Indonesia yang diutarakan oleh Mochtar Lubis mungkin hanya sifat nomer 5 yang setidaknya dapat dibanggakan dari manusia Indonesia dan Mochtar Lubis pun mengakuinya sebagai sifat yang paling menarik dan mempesonakan dirinya, karena sifat ini yang menurutnya mencitrakan baik dan memperkenalkan bangsa Indonesia ke dunia luar.
Mengingat bahwa ini adalah sudut pandang pribadi seorang Mochtar Lubis maka persoalan manusia Indonesia mana yang sedang dibicarakan olehnya bukan menjadi masalah, padahal dengan beragamnya karakteristik bangsa Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah untuk distereotipkan menjadi sebuah sifat bangsa sebagai sebuah negara utuh.
Selain itu, pendiri harian Indonesia Raya itu tak lupa mengemukakan sifat yang baik. Misalnya, masih kuatnya ikatan saling tolong. Manusia Indonesia pada dasarnya berhati lembut, suka damai, punya rasa humor, serta dapat tertawa dalam penderitaan. Manusia Indonesia juga cepat belajar dan punya otak encer serta mudah dilatih keterampilan. Selain itu, punya ikatan kekeluargaan yang mesra serta penyabar.

Kelebihannya dalam novel ini adalah  judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, halaman isi. Dan adapula sinopsis dan biodata pengarang. Sehingga dalam hal ini pembaca dengan mudah mengetahui apa judulnya, siapa pengarang dan penerbitnya, kapan tahun terbitnya. Dan terdapat biodata penulis yang dapat diketahui oleh pembaca mulai dari tempat tanggal lahirnya hingga perjalanan karier hidupnya serta juga terdapat sinopsis yang dengan mudah dan cepat dipahami oleh setiap pembaca tanpa membaca isi dari buku tersebut.

Kekurangan dalam novel ini adalah dari bahasa nya ada sedikit yang saya tidak mengerti dan mungkin pembaca lain juga ada yang tidak mengerti arti dari bahasa tersebut.

Kritik  dan Saran :
Buku ini setidaknya membuat kita menyadari bahwa dalam kurun waktu tahun 1977 hingga sekarang bahwa kita sebagai sebuah identitas bangsa Indonesia tidak banyak berubah dalam keburukan sifat. Munafik atau Hipokrit misalnya, stereotip ini masih melekat dalam birokrasi manapun ataupun sifat enggan atau segan bertanggungjawab yang masih banyak ditemui dalam diri individu-individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan. Fokus yang terbentuk dari membaca buku ini adalah manusia Indonesia sebagai sebuah bangsa yang adabnya lebih banyak keburukan dan Mochtar Lubis memang melulu menyoroti perkara-perkara buruknya saja tanpa memberi banyak kesempatan untuk menyadari sifat baik dari bangsa secara umum dengan porsi yang berimbang.
Perjuangan pendidikan belum selesai karena ciri-ciri Manusia Indonesia tersebut berurat akar dan berterima secara masif dan permisif. Satu-satu cara mengawalinya adalah dari diri kita sendiri, berubahlah sekarang juga dengan latihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar