INGATKAN 6 HAL INI :
1. Jika
engkau bertemu dengan seseorang maka yakinilah bahwa dia lebih baik daripada kamu,
ucapkan dalam hatimu “mungkin kedudukannya di sisi allahjauh lebih baik dan
lebih mulia.
2. Jika kamu
anka kecil, maka ucapkan dalam hatimu”anak ini belum bermaksiat kepada allah
sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadanya. Tentu anka ini jauh lebih
baik daripadaku.
3. Jika
bertemu orangtua, maka ucapkan dalam hatimu “dia telah beribadah kepada allah
jauh lebih lam daripadaku, tentu dia lebih baik daripadaku.”
4. Jika
bertemu denganseorang yang berilmu, maka ucapkan dala hatimu ”orang ini
memperoleh karunia yang tidak aku peroleh, mencapai kedudukan yang tidak pernah
kucapai,mengetahui apa yang tidak ku kutahui dan dia mengamalkan ilmunya. Tentu
dia lebih baik daripadaku”
5. Jika
bertemu dengan seorang yang jahil maka ucapkan dalam hatimu “oarng ini
bermaksiat karena dia jahil (tidak mengetahui), sedangkan aku bermaksiat
kepadanya walhalsil aku mengetahui akibatnya. Aku tidak tahu bagaimana akhir
umurku dan umurku kelak. Dia tentu lebih baik daripadaku”
6 . Jika
bertemu dnegan orang kafir, maka katakn dalam hatimu “aku tidak tahu bagaimana
keadaannya kelak, mungkinpada akhir usianya dia memeluk islam dan beramai
soleh, dan mungkin boleh jadi pada akhir usiaku aku kufur dan berbuat buruk”
Syeikh Abdul
Kadir Al Jailani ( Sultan Alwaliya)
Adzan
Terakhir Sabahat Bilal
Semua pasti
tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat maka yang
mengkumandangkan adzan adalah Bilal Bin
Rabah. Bilal ditunjuk karena memilih suara yang indah. Para priaberkulit hitam
asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak
tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama
Nabi. Karena beliau tak pernah terpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga
Nabi menemui ALLAH ta’ala pada awal Hijrah. Semenjak itulah Bilal menyatakan
dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra,
memintanya menjadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata, “biarkan
aku jadi mu’adzin Nabi saja, Nabi telah tiada, makan aku bukan mu’adzin
siapa-siapa lagi”.
Abu Bakar
terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya, “dahulu, ketika engkau membebaskanku
dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa
karena ALLAH?”. Abu Bakar Ra, hanya
terdiam. “jika engkau membebaskanku dengan keputusanku”. Dan Abu Bakar Ra pun
tak bisa mendesak Bilal Ra, untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab
ditinggal wafat Nabi SAW terus mengendap dihati Bilal Ra,. Dan kesedihan itu
yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju
Syam, dan kemudian tingga di Homs, Syria. Lama Bilal Ran tak mengunjungi
Madinah. Sampai pada suatu malam, Nabi SAW hadir dalam mimpi Bilal dan
menegurnya, “ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? hai Bilal, kenapa engkau tak
mengunjungiku? Kenapa sampai begini?”. Bilal pun terbangun terpenjat, segera dia
mempersiapkan perjalanan ke Madinah
untuk berziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.
Setiba di
Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi SAW, pada sang
kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya
adalah cucunda Nabi SAW, Hasn dan
Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk
kedua cucu Nabi SAW itu. Salah satu dari
keduanya berkata kepada Bilal Ra, “paman, maukah engkau sekali saja
mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami”. Ketika itu,
Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan
mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan,
meski sekali saja.
Bilal pun
memenuhi permintaan itu. Saat shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa
dia adzan pada masa Nabi SAW masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat
lafadz “ALLAHU AKBAR” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap,
segala aktivitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun
hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu
dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal mengumandangkan “ ASYHADU AN LAA
ILAHA ILLALLAH” seleruh isi kota Madinah berlari ke arah suara itu sembari
berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan pada saat
Bilal mengumandangkan “ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH”, Madinah pecah oleh
tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa
indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisannya. Bahkan
Bilal sendiripun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air
mata yang berderai.
Hari itu
Madinah mengenang masa saat masih ada Nabi SAW. Tak ada pribadi yang agung yang
begitu dicintai seperti Nabi SAW. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa
dirampungkan itu adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra,
semenjak Nabi wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan
yang sangat mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya
derajatnya terangkat begitu tinggi.
Semoga kita
dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yang ALLAH karuniakan kepada
sahabat Bilal bin Rabah Ra. Amin...
:’(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar