Minggu, 12 Januari 2014

share-6 hal


INGATKAN 6 HAL INI :

1. Jika engkau bertemu dengan seseorang maka yakinilah bahwa dia lebih baik daripada kamu, ucapkan dalam hatimu “mungkin kedudukannya di sisi allahjauh lebih baik dan lebih mulia.

2. Jika kamu anka kecil, maka ucapkan dalam hatimu”anak ini belum bermaksiat kepada allah sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadanya. Tentu anka ini jauh lebih baik daripadaku.

3. Jika bertemu orangtua, maka ucapkan dalam hatimu “dia telah beribadah kepada allah jauh lebih lam daripadaku, tentu dia lebih baik daripadaku.”

4. Jika bertemu denganseorang yang berilmu, maka ucapkan dala hatimu ”orang ini memperoleh karunia yang tidak aku peroleh, mencapai kedudukan yang tidak pernah kucapai,mengetahui apa yang tidak ku kutahui dan dia mengamalkan ilmunya. Tentu dia lebih baik daripadaku”

5. Jika bertemu dengan seorang yang jahil maka ucapkan dalam hatimu “oarng ini bermaksiat karena dia jahil (tidak mengetahui), sedangkan aku bermaksiat kepadanya walhalsil aku mengetahui akibatnya. Aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurku kelak. Dia tentu lebih baik daripadaku”

6 . Jika bertemu dnegan orang kafir, maka katakn dalam hatimu “aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, mungkinpada akhir usianya dia memeluk islam dan beramai soleh, dan mungkin boleh jadi pada akhir usiaku aku kufur dan berbuat buruk”

Syeikh Abdul Kadir Al Jailani ( Sultan Alwaliya)

Adzan Terakhir Sabahat Bilal

Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat maka yang mengkumandangkan adzan adalah  Bilal Bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memilih suara yang indah. Para priaberkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah terpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui ALLAH ta’ala pada awal Hijrah. Semenjak itulah Bilal menyatakan dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra, memintanya menjadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata, “biarkan aku jadi mu’adzin Nabi saja, Nabi telah tiada, makan aku bukan mu’adzin siapa-siapa lagi”.

Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya, “dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena ALLAH?”. Abu Bakar  Ra, hanya terdiam. “jika engkau membebaskanku dengan keputusanku”. Dan Abu Bakar Ra pun tak bisa mendesak Bilal Ra, untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi SAW terus mengendap dihati Bilal Ra,. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tingga di Homs, Syria. Lama Bilal Ran tak mengunjungi Madinah. Sampai pada suatu malam, Nabi SAW hadir dalam mimpi Bilal dan menegurnya, “ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?”. Bilal pun terbangun terpenjat, segera dia  mempersiapkan perjalanan ke Madinah untuk berziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi SAW, pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda  Nabi SAW, Hasn dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi SAW itu.  Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra, “paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami”. Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi SAW masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “ALLAHU AKBAR” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktivitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal mengumandangkan “ ASYHADU AN LAA ILAHA ILLALLAH” seleruh isi kota Madinah berlari ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun  keluar.

Dan pada saat Bilal mengumandangkan “ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisannya. Bahkan Bilal sendiripun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.

Hari itu Madinah mengenang masa saat masih ada Nabi SAW. Tak ada pribadi yang agung yang begitu dicintai seperti Nabi SAW. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, semenjak Nabi wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan yang sangat mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.

Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yang ALLAH karuniakan kepada sahabat Bilal bin Rabah Ra. Amin...
:’(        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar